s e a r c h i n g

Banyak yang mengira kami dari Jakarta. Ya, kami memang sering berdagang di Tumpah Ruah Jakarta periode 2017-2019. Kami adalah brand Jogja ya...


Banyak yang mengira kami dari Jakarta. Ya, kami memang sering berdagang di Tumpah Ruah Jakarta periode 2017-2019. Kami adalah brand Jogja yang numpang branding di Jakarta. Haa...

Mundur ke 2009. Ketika pertama kali saya kesemsem ama video art. Ya, video art. Saya suka membuat video musik. Waktu itu film masih terlalu jauh dijangkau untuk dimetodekan sebagai cara bertutur dalam video musik. Yang paling dekat adalah video art.  Dengan nekat mengulik semua OK. VIDEO yang dibuat ruangrupa sejak tahun 2000'an. Semua tentang ruangrupa beserta orang dalam-dalamnya coba saya kulik. Tentunya lewat media ya, karena saya di Yogyakarta dan mereka di Jakarta.

Apa yang saya cari dari ruangrupa sebenarnya? Kok sampe begitunya. Ini yang paling sulit untuk saya jawab. Pokoknya suka aja. Emotional benefit soalnya, jadi gak bisa diukur. Kalo functional benefit mungkin bisa diukur ya. Sampe 2011 saya berhasil ikut pameran di sana. Waktu itu GIF Festival, kuratornya Oomleo (Klik di sini kalo mau liat karyanya). Semenjak itu malah makin menjadi-jadi. Sampe, Risky Summerbee yang waktu saya bikin video musiknya untuk ICW Compilation kedua, bilang, "wah! ini estetikanya ruangrupa, nih!", saya gak ngerti maksudnya. Tapi diiyakan saja.


Sampai pada 2017, pertama kali ikut event lapakan di sana. Tumpah Ruah, lapakan yang beda aja rasanya. Lokasinya di Gudang Sarinah Ekosistem (GSE). Tempat bergengsi waktu itu. Rata-rata concert acara yang disponsori Sampoerna Mild, ada di sana. Keren lah. Dari situ saya mengenal banyak brand, seniman yang juga jualan, dan berbagai aktivasi yang kadang ada-ada aja kalo di sana. Haa...

Saya, Iwang (Yellowteeth, Punkasila, Los Fungos, Mulyakarya) dan mas Eko berangkat nekat patungan. Kadang Isrol (Media Legal) juga ikutan. Berangkat magrib sampai Jakarta tengah malam, terus tidur di Grafis Huru Hara, bangun jam 9, mandi, trus dagang. Seru banget yaa... Capek tapi seru!

Beberapa foto yang ada di post ini adalah rentang waktu di mana saya aktif ikut lapakan di event-event ruangrupa circa 2017-2019, dari jaman GSE sampe ke Gudskul dan nyempil di RRRECFEST. Kembali ke paragraf awal post ini dan panjang umur ruangrupa. Selamat ulang tahun ke 24! Lofyu bang KOMENG a.k.a Bagasworo Aryaningtyas sang pemilik RX King dan demen banget minum pake plastik item diiket. Curiga deh gue ama isinya? Wkwkwkwk....


*Credit dokumentasi: Rifqi Mansur Maya, Ibnu Labib, Azwar Azhar, Sera Armenia, Irockumentary, RRRECFEST, bang Komeng

*rmm

_

Online shop: TUTBEKPEDIA (Tokopedia) atau di WhatsApp Catalog
Faktori: TUTBEK FAKTORI

Maps: https://maps.app.goo.gl/AfXn4DTKFVsSx7wK7

:D


Ternyata ini adalah #TUTBEKelas ke delapan sejak pertama kali dibikin pada akhir 2021. Hamdallah, masih diberi kekuatan dan kepercayaan untu...

Ternyata ini adalah #TUTBEKelas ke delapan sejak pertama kali dibikin pada akhir 2021. Hamdallah, masih diberi kekuatan dan kepercayaan untuk sama-sama bisa menjadi ruang detoks yang rileks. Makasih mas Ludfan!


Kami bertemu di sebuah acara launching album band Shoppinglist di Galeri Lorong malam itu. Obrolan dibuka ketika mas Ludfan nyeletuk, "iki Tutbek sing ning twitter a?" dengan logat khas Jawa Timurnya sambil menunjuk tas totebag yang saya pakai. Waktu itu kami sedang udud-an di luar venue bersama teman-teman yang lain.

Siapa yang tidak kenal Penahitam? Saya menyebutnya komplotan ilustrator gambar dark. Saya tahu di Instagram, karya-karnya detail dan presisi dengan konsistensi tingkat tinggi. Tak disangka bisa bertemu salah satu anggotanya kemudian. Mas Ludfan adalah bagian divisi Zine Library di Penahitam. Penahitam sudah ada store, library, artspace dan rilisan zine tentunya. Bermarkas di Malang, dekat daerah Batu yang dingin itu.

Saya lupa bagaimana persisnya mengajak mas Ludfan untuk isi #TUTBEKelas waktu itu. Yang pasti mas Ludfan berada di Jogja karena sedang magang di Indonesian Visual Art Archive, tempat di mana saya bekerja dulu (2014-2016). Jadi obrolan malam itu langsung nyambung dan ngalir saja. Kebetulan ada teman magang lainnya juga di situ yang sempat saya kenal beberapa hari sebelum kami bertemu lagi di acara launching album itu.

Seperti #TUTBEKelas sebelum-sebelumnya, kami hanya membuka untuk 5 partisipan. Bukan karena sok ekslusif, tapi emang karena studio kami kecil dan agak rileks jika diisi hanya dengan 5 partisipan saja. Tapi, apalah kami ini, partisipan membludak menjadi 8 orang yang ternyata ada 1 orang yang tidak hadir.

Kelas dimulai dengan perkenalan mas Ludfan dengan para partisipan yang hadir. Dilanjut dengan mengikuti brief yang diberikan mas Ludfan kepada partisipan atas potongan-potongan objek yang sudah ada dan setumpuk majalah-majalah bekas. Setiap partisipan diminta untuk membuat/memilih 3 objek (teks, image, bidang) dari material yang ada. Setiap objek yang sudah siap, dibalik, sehingga para peserta lupa-lupa ingat objek bergambar atau teks apa tadi yang saya gunting. Setiap partisipan diberikan selembar kertas seukuran kartu pos untuk memilih 1 objek dan menempelkannya. Setelah sudah, partisipan harus memberikan kertas yang sudah ditempel 1 objek tadi ke teman sebelahnya. Begitu seterusnya sampai semua pada cekikikan karena tidak terbayangkan ada permainan seperti ini. Bagi kebanyakan peserta, di dalam rencananya mengikuti kelas ini, sudah memiliki proyeksi akan membuat teman apa dari material yang disediakan. Namun mas Ludfan dengan jam terbangnya sebagai zinemaker, menghancurkan semua proyeksi kami waktu itu. Haaa.... Alhasil, kami semua bingung sekaligus seru dalam proses membuat postcard collective dari masing-masing objek yang kami temukan antar peserta. Diakhir, semua partisipan dibebaskan membuat postcard collage versinya masing-masing sesuai dengan rencana yang sudha dibawa dari rumah tadi. Akhire ada kesempatan bagi kami untuk merealisasikan ide awal. Namun permainan yang diberikan mas Ludfan menjadikan kelas ini seru! Yang lebih seru, kami semua jadi auto akrab karena saling berkontribusi objek dalam 1 karya. Owh ya, BTW saya gak bikin kolase, saya ngisi TTS (Teka Teki Salah) aja sambil motretin teman-teman :P


Satu hal yang sempat muncul setelah pertemuan berakhir. Sepotong objek tak bermakna jadi punya fungsi  yang besar ketika dipertemukan dengan metode yang pas oleh orang yang sungguh suntuk akan hal itu. Sungguh luar biasa. Itu juga yang kami harapkan dari program #TUTBEKelas ini. Semoga apa yang kami buat di ruang dan waktu yang makin sempit ini bisa bermanfaat bagi teman-teman untuk berkreasi seluas-luasnya. Sampai jumpa di #TUTBEKelas selanjutnya ya...

*rmm

Beberapa link yang mungkin perlu kalian taptap:

_

Doc by Kiki & Ludfan

Online shop: TUTBEKPEDIA (Tokopedia) atau di WhatsApp Catalog
Faktori: TUTBEK FAKTORI

Maps: https://maps.app.goo.gl/AfXn4DTKFVsSx7wK7

:D

Ya, Tutbek bermula dari kemenangan film pendek GUELU karya Rifqi Mansur Maya pada tahun 2013, setelah menjadi film terbaik kategori umum di ...

Ya, Tutbek bermula dari kemenangan film pendek GUELU karya Rifqi Mansur Maya pada tahun 2013, setelah menjadi film terbaik kategori umum di Psychofest Surabaya dengen juri Lulu Ratna, Kamila Andini dan Adrian Jonathan Pasaribu. Sekitar 1 juta rupiah modal awal untuk dijadikan merchandise film GUELU atas inisiasi dari Isrol Media Legal, seorang seniman street artist. Dari awal memang kami tidak bisa lepas dari disiplin ilmu film sebagai medium berkarya.

Pada kesempatan Hari Film Nasional 2024 ini kami akan mnilik ulang beberapa merchandise film yang kami produksi dari berbagai ekosistem film. Mulai dari membuat film, event film, komunitas film dan pecinta film. Do'a kami cuma 1, semoga karya-karya kita diikuti dengan kesadaran bagaimana Walter Elias Disney bekerja dengan semesta intelectual property-nya di Disney Land. Amin!

Ini salah satu produk dari merchandise film pendek GUELU karya Rifqi Mansur Maya yang jadi modal awal usaha Tutbek ini berjalan. Ini lapak perdana di pemutaran di gedung Cak Durasim Surabaya.

Bani teman  kami, ia yang membantu saya mendandani sturktur editing ketika kami mentok menggarap film Rumah Bitha (Hindra, 2020). Film dokumenternya dijadikan merchandise totebag yang bisa dimiliki siapapun. Thx, Ban!

Anggun Priambodo, atau bisa kita lihat karya-karyanya dengan nama The Jadugar yang menghiasi clip dari musisi favorit kita. Pada 2018, ia membuat sebuah film panjang di Yogyakarta dengan judul Maaf Senin Tutup. Film itu adalah bagian dari pamerannya di LIR Space waktu itu. 

Shalahuddin Siregar, siapa tidak kenal dia? Negeri di Bawah Kabut adalah karya yang paling banyak dapat pujian setelah Lagu untuk Anakku dan yang terakhir adalah Film Pesantren yang sempat tayang di bioskop. Sekarang Film Pesantren menjalankan distribusi mandiri, sehingga siapa saja dapat mengajukan untuk memutarnya.

Beruntung bisa nimbrung digelaran pertama Flobamora Film Festival pada tahun 2022.

Cinema for everyone adalah tagline dari kelompok film asal Cirebon dengan nama Cinema Cirebon.

Festival film dokumenter (FFD) tertua di Indonesia, sejak 2002. Ini adalah merchandise untuk FFD 2023 kemarin.

Film ketiga dari Tampar produktion yang masih on going progress. Membuat merchandise adalah langkah taktis untuk mengumpulkan modal berkarya bagi film Wanara & the Last Temple.

Ternyata ini dari Malaysia. Saya kira ini dari Indinesia, Jakarta.

Film terbaru dari Anggun Priambodo. Merchandise ini kami buat untuk pemutarannya di acara JAFF 2023 kemarin.

Bioscil, bioskop kecil menjadikan merchandise sebagai doorprice agar memantik teman-teman kecil untuk berani bertanya atau berpendapat.

Mmebuat polosan totebag dan pouch untuk workshop di JAFF Jogja yang diisi oleh TEMPA.

Piring Tirbing, kolektif sinema yang lain dari Jogjakarta. Semua projeknya prestisius dan menarik. Perlu akal lebih dan hati terbuka untuk bisa menerima penjelasan-penjelasannya.

program workshop terpadu untuk penulisan film dan karya film yang di-founder-i oleh mbak Dede atau lebih dikenal dengan nama lengkap Meiske Taurisia.

Koloni Gigs adalah media musik yang kami ajak nimbrung di gelaran JAFF 18 X Pehagengster yang lalu. Bernas dengan teks simple dan penuh pecutan. Hee..

Mas Desta atau Komik Rukii atau Rukii Naraya adalah visual sendu dengan berbagai projek di kepalanya. Jangan heran jika nama lainnya saja ada tiga.

Itu tadi koleksi perfilman yang pernah kami produksi beserta cerita singkatnya. Satu hal yang kami pelajari dari teman-teman yang membuat merchandise adalah, jangan ragu untuk mencoba sesuatu yang mungkin belum banyak orang kerjakan, ialah yakin dan PD dengan karya sendiri dan terus berupaya menemukan marketnya.

Yakin, karyamu bisa laku kalo dijadikan merchandise? Jangan sungkan untuk ngobrol dengan kami perihal itu. Kami juga sedang belajar terus soal itu. Kayaknya enak gitu kalo merchandise bisa jadi pasif income kita. Tetap semangat berkarya dan semoga film kita terus berkembang. Selamat Hari Film Nasional 2024.

*rmm

_

Online shop: TUTBEKPEDIA (Tokopedia) atau di WhatsApp Catalog
Faktori: TUTBEK FAKTORI

Maps: https://maps.app.goo.gl/AfXn4DTKFVsSx7wK7

:D

Mungkin kami terlihat tidak jelas antara jual produk Totebag atau semacam tempat apa ini? Ya, begitulah hidup. Wkwkkwkw… Mikir arep njawab o...

Mungkin kami terlihat tidak jelas antara jual produk Totebag atau semacam tempat apa ini? Ya, begitulah hidup. Wkwkkwkw… Mikir arep njawab opo iki, haa…


Gini aja, seberdirinya Tutbek dengan menjual Totebag selalu diposisikan sebagai medium penyampai pesan dari gagasan/agenda pembuatnya. Sebagaimana disiplin seni atau bentuk benda (produk) lainnya. Seni sorot, image, musik, Rupa, pertunjukan, kaos, sampai pritilan-pritilan dengan pesan-pesan kecil yang menyertai gagasan/agenda pembuatnya. Pasti itu.

Sepindahnya dari studio (kontrakan) di Madukismo ke Kelas Pagi Yogyakarta kami menyebar kuisioner ke konsumen kami melalui email, japri atau ngobrol langsung ketika teman-teman berkunjung atau ketemu di event pas kami lagi lapakan. Rata-rata jawabannya adalah: bikin kelas atau kami bisa gak bikin-bikin apa gitu di calon tokonya nanti? Ini insight yg menarik bagi kami yang blm pernah punya toko macam ini.

Mulailah membuat program-program kecil pada 2022, di toko atau di luar toko; the tutbek interview dan tutbekultum waktu itu, dan sekarang tutbekelas. Tentunya, ya, jelas, kadang keribetan juga kalo pas lagi ada garapan dan harus melangsungkan acara atua program. Tapi dari situ teman-teman yang mengenal kami merasa pas dan betah berdiam lama-lama ketika berkunjung dan membicarakan banyak hal terkait kreatifitas dan tikungan-tikungan tajam lainnya.

Kami pikir, apalah fungsi ruang jika hanya dihidupi secara transaksional saja. Walaupun, ya, kami tetep butuh bayar ini itu tentunya. Tapi jika manfaat lebih besar dari sekedar yang ‘transactional’ itu, gas saja.
So, Jangan kaget kalo kami tiba-tiba tutup atau tiba-tiba ada acara ini itu ketika teman-teman berkunjung. Santay saja, kalo perlu join langsung, malahane. Sekali dayung 2-3 pulau sekaligas. Ini tidak bisa lepas dari iklim kreatifitas (kesenian) di Yogyakarta. Nongkrong dikit, bikin sesuatu, watsap dikit, jadi sesuatu. Banyak gitu-gitunya deh…

So, kalo ada apa-apa japri aja yak. BTW, kami tetap by appointment ya. agar supaya nganu, efektif, hee..
Sampai jumpa di Tutbek

*rmm
_

Doc by Apaya Media saat kelas ‘Bercerita Lewat Fotografi” bersama mas Rukii Naraya

Online shop: TUTBEKPEDIA (Tokopedia) atau di WhatsApp Catalog :D

RUKII NARAYA FOR JALAN GEMBIRA Kabar gembira! Telah dibuka pra pesan kaos-kaos keren yang digambar oleh  @rukiinaraya . Pilihan warna yang b...



RUKII NARAYA FOR JALAN GEMBIRA


Kabar gembira! Telah dibuka pra pesan kaos-kaos keren yang digambar oleh @rukiinaraya. Pilihan warna yang banyak, harga yang bervariasi mencoba untuk menjadi opsi kamu memiliki kaos Jalan Gembira.


FORMULIR PRA PESAN di bit.ly/JagemKawos


Harga IDR 145.000 - 195.000

Bahan cotton combed 30s


Pra pesan akan ditutup tanggal 28 Maret 2024

Siapa yang tidak mau bisnisnya panen omset? Siapa juga yang bisnisnya tidak mau ada di setiap market place untuk lebih menjangkau marketnya ...

Siapa yang tidak mau bisnisnya panen omset? Siapa juga yang bisnisnya tidak mau ada di setiap market place untuk lebih menjangkau marketnya di semua lapisan? Tapi bagaimana menghindari perang harga di berbagai ‘kolam’ yang kita masuki? Ya, kami baru saja mengikuti kelas Panen Omset yang diselenggarakan oleh Sirclo di Hotel Boutique Yogyakarta (8/3). Hal ini sejalan dengan salah satu rancangan program kami #TutbeKultum untuk ramadhan kali ini, ya, membahas hal marketing melalui buku-buku yang dibawa oleh Rifqi Mansur Maya untuk kemudian dibaca/bahas bersama-sama dengan durasi 60 menit.


Acara dibuka dengan pemaparan tentang Swift Hub dari mbak Nava Muzdalifah dari Sirclo untuk mengenal aplikasi Omnichannel dari Sirclo, SWIFT Hub. Jadi Swift Hub hadir untuk mengakomodir berbagai marketplace di mana kita berjualan dalam satu dashboard, jadi tidak perlu kembali ke satu-satu aplikasi untuk kita mengupdate atau melakukan transaksi. Tentunya tidak semua marketplace ya, hanya Lazada, BukaLapak, Tokopedia (Power Merchant), Tik Tok, dll. Kalian bisa cek info lengkapnya ke 
https://swifthub.sirclo.com/

Selanjutnya materi dilanjutkan oleh pak Barkah dari Maybank Syariah untuk persoalan pinjaman modal. Penyampaian yang lucu dari pak Barkah membuat sesi ini jadi seru. Ada 2 tawaran menarik dari Maybank, sedekah dan pinjaman. Sedekah untuk budget di bawah 10 jt dengan tanpa sharing dan pinjaman di atas 10jt - 100jt dengan sistem sharing keuntungan.

POS Indonesia Yogyakarta juga mengisi bagian distribusi serta menawarkan tambah cuan dengan kita menjadi Drop Point. Di sesi ini ada tawaran menarik buat teman-teman UMKM terkait studio produksi konten. POS pusat di Yogyakarta yang terletak di 0 Km Yogyakarta (Titik 0 Yogyakarta) menyediakan fasilitas studio gratis untuk teman-teman dalam membuat konten video. Ini menarik untuk kami mencoba. Caranya cukup mudah, datang ke Kantor Pos dan melakukan pndaftaran, nanti nomer pendaftar akan didata untuk kemudian mendapatkan jadwal shoting. Karena gratis, pasti banyak banget yang ingin memakainya.

Terakhir ada Berlima Digital dari Yogyakarta yang memandu membuat konten marketing untuk sosial media berbasis video. Kami semua ditantang dengan waktu 20 menit untuk mempraktekan materi yang diberikan oleh perwakilan Berlima Digital Yogyakarta ini. Kami membuat iklan ini dari tantangan materi mas Rizqi Indra:


Materi yang diberikan oleh mas Rizqi Indra sangat insightfull, dan kami selalu tertarik perihal marketing bisnis. Karena hal ini yang sangat cepat perubahannya, jika kita tidak segera belajar dan menerapkan hal-hal yang pas dengan kita, rugi dong! Hee... Mas Rizqi Indra mengenalkan berbagai macam social media mainstream dan karakteristiknya, membuat persona market kita, tips membuat hook agar konten kita di tengok, dan hal-hal marketing dasar lainnya, seperti menentukan target market dan memaksimalkan channel distribusi untuk penjualan. Pada sesi ini kami bertanya perihal, content pillar dan editorial plan untuk social media Instagram. Karena waktu yang terbatas dan banyak yang bertanya, mas Rizqi Indra memberikan analogi sederhana, yang jika kami boleh menyimpulkan seperti ini. Bayangkan anda akan membuat majalah, rubrik apa saja isi majalah itu dan bagaimana desain dan gambar yang ada di majalah itu? Hmm... Menarik. Tapi memang harus pelan-pelan. Jadi gak sabar untuk cari majalah yang paling dekat dengan jualan kami dan mencoba membagi-bagi rubrik sesuai dengan target market kami.

Mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Sirclo membuat kami semakin yakin untuk menjalankan rencana program #TutbeKultum diberlangsungkan selama ramadhan ini. Kita bisa sama-sama belajar dan berbagi studi kasus di acara nanti. Bagi teman-teman yang ingin mengikuti kelas singkat ini, silahkan mendaftar ke nomer WA berikut ini: 081227127473 dengan subjek #TutbeKultumarketing